Hakikat pembelajaran tidak terlepas dari apa yang disebut belajar, beberapa ahli mengemukakan istilah dan pengertian yang beragam tentang belajar, yang pada prinsipnya merupakan proses psikologis, yaitu perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan yang terjadi pada diri peserta didik.
Selain itu, beberapa ahli pendidikan yang lain memberikan batasan tentang pengertian belajar, diantaranya; Skinner dalam Wahyudin (2006: 3.31), “Belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Pengertian lain juga dikemukakan oleh Singer (1968) dalam Supandi dan Seba (1986: 1) bahwa, “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif tetap disebabkan praktek atau pengalaman lampau dalam situasi tertentu”.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang diinginkan.
Bertitik tolak dari uraian tersebut, kenyataan di lapangan sering guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi pelajaran. Akibat yang terjadi dari permasalahan ini yaitu menurunnya prestasi belajar peserta didik. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, baik yang berasal dari guru itu sendiri atau berasal dari peserta didik bahkan berasal dari lingkungan. Apabila dikaji lebih dalam, penyebab lemahnya prestasi tersebut amat beragam. Beberapa penyebab yang dapat dijadikan jawaban menurut Dinn Wahyudin (2007) di antaranya: kemampuan guru, kemampuan peserta didik, sarana dan prasarana. Adapun penjelasan dari keterangan tersebut dapat penulis jabarkan sebagai berikut :
1. Kemampuan guru
Profesionalitas seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar, karena guru merupakan tokoh sentral yang mengatur jalannya proses pembelajaran secara umum. Guru profesional yaitu guru yang mampu meletakkan posisi tanggung jawabnya terhadap kemajuan pendidikan. Tugas pokok selama proses pembelajaran terpenuhi dengan baik, selain itu guru harus tepat dalam merumuskan tujuan pembelajaran, variatif dalam memilih metode pembelajaran, dan komunikatif dalam menyampaikan pelajaran.
2. Kemampuan peserta didik
Peserta didik merupakan subyek dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu keberadaan peserta didik menjadi sangat penting karena tidak mengkin melaksanakan proses pembelajaran tanpa keberadaan peserta didik. Namun demikian, prestasi peserta didik dalam belajar tidak semata-mata ditentukan oleh guru, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya; minat peserta didik. Minat peserta didik erat hubungannya dengan motivasi peserta didik untuk belajar, semakin besar minat peserta didik terhadap materi pelajaran maka semakin tinggi pula prestasi yang akan dicapai.
3. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana dalam konteks ini menyangkut segala perlengkapan atau fasilitas yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Misanya, kurikulum, buku-buku sumber belajar, dan alat bantu belajar.
Prinsip-Prinsip Belajar
Para ahli meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut pandang ilmu. Mereka telah menemukan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar. Diantaranya prinsip-prinsip belajar yang penting berkenaan dengan :
1. Perhatian dan motivasi belajar.
2. Keaktifan belajar.
3. Keterlibatan dalam belajar.
4. Pengulangan belajar.
5. Tantangan semangat belajar.
6. Pemberian balikan dan penguatan belajar.
7. Adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar.
Perhatian dapat memperkuat kegiatan belajar, menggiatkan perilaku untuk mencapai sasaran belajar. Perhatian berhubungan dengan motivasi sebagai penggerak tenaga belajar. Motivasi dapat bersifat internal, eksternal, maupun intrinsik atau ekstrinsik.
Yang dimaksud dengan motivasi yang bersifat internal adalah motivasi yang datang dari diri sendiri. Motivasi yang bersifat eksternal adalah motivasi yang datang dari orang lain. Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang peserta didik yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motivasi eksterinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, seorang peserta didik belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong karena keinginan untuk naik kelas atau mendapatkan ijasah. Naik kelas dan mendapatkan ijasah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Dewasa ini para ahli memandang peserta didik adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajar, tetapi sebagai pembimbing, fasilitator dan pengarah. Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik. Belajar tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali, bersinambungan, tanpa henti. Betapa pun pembelajaran yang telah direkayasa secara pedagogis oleh guru, hasil belajar akan terpengaruh oleh karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifat individual pelajar.