Selasa, 27 Mei 2014

Metode Demonstrasi

Pengertian Metode Demonstrasi

Metode-metode dalam mengajar dalam perkembangannya sangat beragam dan berkembang seiring dengan kemajuan jaman, namun pada prinsipnya penggunaan metode merupakan upaya yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

Salah satu metode yang sering digunakan yaitu metode demonstrasi yaitu guru memainkan peranan penting karena kejelasan materi tergantung dari bagaimana guru dalam memperagakannya. Yusuf Jadjadisastra (1998) menjelaskan bahwa, “Metode demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung obyek atau cara sesuatu, cara melakukan sesuatu dengan mempertunjukkan prosesnya”.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

· Kelebihan metode demonstrasi

Kelebihan metode demonstrasi menurut Winarno Surakhmad (1998) mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut :

1. Perhatian peserta didik dapat dipusatkan pada materi pelajaran.

2. Peserta didik akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktis untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengalaman dan penghargaan dari teman dan guru.

3. Beberapa pertanyaan yang muncul dapat langsung terjawab melalui kegiatan demonstrasi.

· Kelemahan metode demonstrasi

Semua metode pembelajaran tentu mempunyai beberapa kelemahan, demikian juga metode demonstrasi. Adapun kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

1. Dibutuhkan alat peraga yang banyak dalam melakukan demonstrasi.

2. Hanya cocok untuk materi yang bersifat pemahaman.

3. Tidak semua materi dapat didemonstrasikan dalam kelas.

Alat Peraga Dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar

Pengertian Alat Peraga

Para ahli pendidikan belum banyak yang mengungkapkan secara sistematik tentang konsep alat peraga belajar. Namun, dari beberapa buku yang dibaca, banyak diungkapkan tentang alat peraga pelajaran bukan alat peraga belajar. Namun peneliti berpendapat bahwa yang dimaksud dengan alat peraga pelajaran adalah juga alat peraga belajar.

Dari maksud tersebut dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan digunakannya alat peraga mengajar, yaitu agar peserta didik lebih cepat menguasai materi pelajaran yang diberikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, alat peraga belajar atau alat peraga mengajar pada situasi-situasi tertentu dapat dikatakan sama, yaitu untuk membantu pembelajaran peserta didik. Hanya perbedaannya terletak pada siapa yang menggunakan alat peraga tersebut. Jika alat tersebut digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar sehingga proses mengajarnya lebih efektif, maka alat-alat tersebut alat peraga mengajar. Tetapi juga alat tersebut digunakan peserta didik untuk mempermudah belajarnya, maka disebut alat peraga belajar.

Fungsi Alat Peraga

Adapun fungsi media pengajaran (alat peraga) seperti yang diungkapkan Sadiman (1986: 17) sebagai berikut :

1. Memperjelas penyajian pesan agar guru tidak bersifat verbalitas.

2. Mengembangkan sifat kreatif anak karena menimbulkan gairah

belajar, memungkinkan interaksi yang berlangsung antara peserta

didik dan lingkungannya, mungkin anak belajar sendiri sesuai dengan

kemampuannya.

3. Salah satu fungsi alat peraga diatas adalah memperjelas penyajian

materi pelajaran agar tidak bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata

atau tulisan), untuk itu peranan alat peraga dalam belajar adalah

penting, apabila guru tersebut tidak bisa menyampaikan pesan tersebut

melalui media verbal.

Untuk membantu menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang salah, maka diperlukan alat. Alat peraga belajar yang baik dan benar, yaitu yang dapat mempercepat pencapaian tujuan belajar peserta didik. Banyak alat peraga yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar olahraga, tetapi alat yang dibutuhkan adalah alat peraga yang sesuai dengan tujuan belajar peserta didik yang diharapkan. Dalam hal ini maka guru harus memahami, memiliki dan menetapkan alat-alat peraga yang cocok untuk digunakan.

Alat Peraga Dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar

Pengertian Alat Peraga

Para ahli pendidikan belum banyak yang mengungkapkan secara sistematik tentang konsep alat peraga belajar. Namun, dari beberapa buku yang dibaca, banyak diungkapkan tentang alat peraga pelajaran bukan alat peraga belajar. Namun peneliti berpendapat bahwa yang dimaksud dengan alat peraga pelajaran adalah juga alat peraga belajar.

Dari maksud tersebut dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan digunakannya alat peraga mengajar, yaitu agar peserta didik lebih cepat menguasai materi pelajaran yang diberikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, alat peraga belajar atau alat peraga mengajar pada situasi-situasi tertentu dapat dikatakan sama, yaitu untuk membantu pembelajaran peserta didik. Hanya perbedaannya terletak pada siapa yang menggunakan alat peraga tersebut. Jika alat tersebut digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar sehingga proses mengajarnya lebih efektif, maka alat-alat tersebut alat peraga mengajar. Tetapi juga alat tersebut digunakan peserta didik untuk mempermudah belajarnya, maka disebut alat peraga belajar.

Fungsi Alat Peraga

Adapun fungsi media pengajaran (alat peraga) seperti yang diungkapkan Sadiman (1986: 17) sebagai berikut :

1. Memperjelas penyajian pesan agar guru tidak bersifat verbalitas.

2. Mengembangkan sifat kreatif anak karena menimbulkan gairah

belajar, memungkinkan interaksi yang berlangsung antara peserta

didik dan lingkungannya, mungkin anak belajar sendiri sesuai dengan

kemampuannya.

3. Salah satu fungsi alat peraga diatas adalah memperjelas penyajian

materi pelajaran agar tidak bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata

atau tulisan), untuk itu peranan alat peraga dalam belajar adalah

penting, apabila guru tersebut tidak bisa menyampaikan pesan tersebut

melalui media verbal.

Untuk membantu menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang salah, maka diperlukan alat. Alat peraga belajar yang baik dan benar, yaitu yang dapat mempercepat pencapaian tujuan belajar peserta didik. Banyak alat peraga yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar olahraga, tetapi alat yang dibutuhkan adalah alat peraga yang sesuai dengan tujuan belajar peserta didik yang diharapkan. Dalam hal ini maka guru harus memahami, memiliki dan menetapkan alat-alat peraga yang cocok untuk digunakan.

Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Posisi media pembelajaran sebagai komponen.

Fungsi Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (peserta didik). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu peserta didik dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses dalam kegiatan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.

Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamatikembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau radio.

Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artinya peserta didik dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), peserta didik cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh peserta didik. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian peserta didik, peserta didik melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.

Hakikat Pembelajaran

Hakikat pembelajaran tidak terlepas dari apa yang disebut belajar, beberapa ahli mengemukakan istilah dan pengertian yang beragam tentang belajar, yang pada prinsipnya merupakan proses psikologis, yaitu perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan yang terjadi pada diri peserta didik.

Selain itu, beberapa ahli pendidikan yang lain memberikan batasan tentang pengertian belajar, diantaranya; Skinner dalam Wahyudin (2006: 3.31), “Belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Pengertian lain juga dikemukakan oleh Singer (1968) dalam Supandi dan Seba (1986: 1) bahwa, “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif tetap disebabkan praktek atau pengalaman lampau dalam situasi tertentu”.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang diinginkan.

Bertitik tolak dari uraian tersebut, kenyataan di lapangan sering guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi pelajaran. Akibat yang terjadi dari permasalahan ini yaitu menurunnya prestasi belajar peserta didik. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, baik yang berasal dari guru itu sendiri atau berasal dari peserta didik bahkan berasal dari lingkungan. Apabila dikaji lebih dalam, penyebab lemahnya prestasi tersebut amat beragam. Beberapa penyebab yang dapat dijadikan jawaban menurut Dinn Wahyudin (2007) di antaranya: kemampuan guru, kemampuan peserta didik, sarana dan prasarana. Adapun penjelasan dari keterangan tersebut dapat penulis jabarkan sebagai berikut :

1. Kemampuan guru

Profesionalitas seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar, karena guru merupakan tokoh sentral yang mengatur jalannya proses pembelajaran secara umum. Guru profesional yaitu guru yang mampu meletakkan posisi tanggung jawabnya terhadap kemajuan pendidikan. Tugas pokok selama proses pembelajaran terpenuhi dengan baik, selain itu guru harus tepat dalam merumuskan tujuan pembelajaran, variatif dalam memilih metode pembelajaran, dan komunikatif dalam menyampaikan pelajaran.

2. Kemampuan peserta didik

Peserta didik merupakan subyek dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu keberadaan peserta didik menjadi sangat penting karena tidak mengkin melaksanakan proses pembelajaran tanpa keberadaan peserta didik. Namun demikian, prestasi peserta didik dalam belajar tidak semata-mata ditentukan oleh guru, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya; minat peserta didik. Minat peserta didik erat hubungannya dengan motivasi peserta didik untuk belajar, semakin besar minat peserta didik terhadap materi pelajaran maka semakin tinggi pula prestasi yang akan dicapai.

3. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana dalam konteks ini menyangkut segala perlengkapan atau fasilitas yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Misanya, kurikulum, buku-buku sumber belajar, dan alat bantu belajar.

Prinsip-Prinsip Belajar

Para ahli meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut pandang ilmu. Mereka telah menemukan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar. Diantaranya prinsip-prinsip belajar yang penting berkenaan dengan :

1. Perhatian dan motivasi belajar.

2. Keaktifan belajar.

3. Keterlibatan dalam belajar.

4. Pengulangan belajar.

5. Tantangan semangat belajar.

6. Pemberian balikan dan penguatan belajar.

7. Adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar.

Perhatian dapat memperkuat kegiatan belajar, menggiatkan perilaku untuk mencapai sasaran belajar. Perhatian berhubungan dengan motivasi sebagai penggerak tenaga belajar. Motivasi dapat bersifat internal, eksternal, maupun intrinsik atau ekstrinsik.

Yang dimaksud dengan motivasi yang bersifat internal adalah motivasi yang datang dari diri sendiri. Motivasi yang bersifat eksternal adalah motivasi yang datang dari orang lain. Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang peserta didik yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motivasi eksterinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, seorang peserta didik belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong karena keinginan untuk naik kelas atau mendapatkan ijasah. Naik kelas dan mendapatkan ijasah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.

Dewasa ini para ahli memandang peserta didik adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajar, tetapi sebagai pembimbing, fasilitator dan pengarah. Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik. Belajar tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali, bersinambungan, tanpa henti. Betapa pun pembelajaran yang telah direkayasa secara pedagogis oleh guru, hasil belajar akan terpengaruh oleh karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifat individual pelajar.

Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pembaharuan Pembelajaran

Peran guru dalam proses membelajarkan peserta didik semakin penting karena di masa depan guru tidak lagi sebagai sumber informasi atau penyampai pengetahuan kepada peserta didik melainkan lebih merupakan fasilitator yang mempermudah peserta didik belajar. Cara-cara mengajar yang konvensional sudah selayaknya untuk diperbaharui dan dikembangkan. Di sinilah pentingnya pemahaman guru terhadap berbagai pendekatan dalam pembelajaran.

Diakui bahwa dengan makin meluas dan cepatnya arus informsi di era global, makin memudahkan peserta didik mengakses berbagai informasi yang pada gilirannya dapat mempermudah terjadinya perilaku belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, pada umunya menganut guru kelas kecuali mata pelajaran Agama dan Olah raga, pada kelas binaannya. Fenomena ini menunjukkan betpa pentingnya keterampilan mengorganisasi kelas agar peserta didik belajar dengan nyaman, terkendali dan tentu saja materi pelajaran dapat diterima sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Selain itu, guru juga menghadapi bahan pengetahuan yang bukan berasal dari buku teks, sehingga perlu dikuasai keterampilan mengolah pesan. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan kognitif, afrktif dan psikomotor peserta didik. Hal sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mujiono (1999) yang menyebutkan bahwa, ”Pendekatan pembelajaran pada hakikatnya merupakan kerangka acuan yang dianut seorang guru dalam praktik pembelajaran yang dilakukan melalui pengorganisasian peserta didik dan pengolahan pesan untuk mencaai sasaran belajar berupa peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor serta kepribadian peserta didik secara menyeluruh”.

Berdasarkan pendapat pakar pendidikan tersebut di atas, peneliti menyambut baik dengan adanya perbaikan dalam pembelajaran melalui PTK, karena pada kenyataannya dalam setiap proses pembelajaran kita selalu dihadapkan pada kegagalan hal yang dicapai oleh setiap peserta didik. Kita tahu bahwa setiap peserta didik mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam menyimak materi, maka disinilah peran guru untuk harus tanggap situasi dan perkembangan peserta didik.

Setiap proses pembelajaran harus dilakukan pembaharuan (inovasi) kearah yang lebih baik. Kegiatan belajar mengajar idealnya tidak strategis tetapi dinamis karena ilmu pengetahuan sekarang ini berkembang begitu cepat, perkembangan teknologi pun terus mengalami perubahan, sejalan dengan itu perbaikan pembelajaran melalui PTK adalah suatu upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran akan berdampak positif dirasakan oleh guru maupun oleh peserta didik untuk menuju ketuntasan belajar.

PTK SD Kelas 6


No
Judul PTK
Mata Pelajaran
Link Download

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD TENTANG TEKS DAN CERITA ANAK
Bahasa Indonesia

PENGGUNAAN METODE EKSPLORASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD  TENTANG SUMBER ENERGI LISTRIK DAN KEGUNAANNYA
IPA

PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD TENTANG NILAI-NILAI KEBERSAMAAN DALAM PERUMUSAN PANCASILA
PKn

PENERAPAN METODE LATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA KELAS VI SDDALAM MENGISI FORMULIR
Bahasa Indonesia

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VI SD TENTANG CIRI-CIRI KHUSUS PADA HEWAN
IPA

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD TENTANG CIRI-CIRI KHUSUS HEWAN KECIL
IPA

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD UNTUK MEMAHAMI PENGGUNAAN FAKTORISASI PRIMA DALAM MENENTUKAN FPB DAN KPK
Matematika

PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI PENGISISAN FORMULIR
PADA SISWA KELAS VI S
Bahasa Indonesia

PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG TUMBUHAN YANG MEMILIKI CIRI-CIRI KHUSUS
IPA

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD TENTANG TEKS DAN CERITA ANAK
Bahasa Indonesia

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD TENTANG CIRI-CIRI KHUSUS HEWAN KECIL
IPA

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN  SISWA DALAM  MENGEMBANGBIAKAN TUMBUHAN SECARA VEGETATIF BUATAN (MENCANGKOK)
IPA

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD TENTANG TEKS DAN CERITA ANAK
Bahasa Indonesia

UPAYA  MENINGKATKAN HASIL BELAJAR  MATEMATIKA SISWA
TENTANG OPERASI BILANGAN RASIONAL MELALUI PENDEKATAN    KELOMPOK BELAJAR
Matematika

PENERAPAN METODE DISKUSI
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA
TENTANG SISTEM ADMINISTRASI WILAYAH INDONESIA
DALAM PEMBELAJARAN IPS
IPS

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA TIRUAN DI KELAS VI SD
IPA

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD TENTANG CIRI-CIRI KHUSUS HEWAN KECIL
IPA

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN RASIONAL
Matematika

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD  UNTUK MEMAHAMI PENGGUNAAN FAKTORISASI PRIMA DALAM MENENTUKAN FPB DAN KPK
Matematika

METODA DISKUSI KELOMPOK, TANYA JAWAB DAN ALAT PERAGA DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI TENTANG PERUMUSAN PANCASILA
PADA KELAS VI SD
PKn

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI
DAN EKSPERIMEN
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA
DALAM MENGEMBANGBIAKAN TUMBUHAN
SECARA VEGETATIF BUATAN (MENCANGKOK)
IPA

PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD TENTANG NILAI-NILAI KEBERSAMAAN DALAM PERUMUSAN PANCASILA
PKn